Sabtu, 08 Desember 2012

Jasa Dan Cinta Yang Tak Bisa Terbalas


Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu Sahabat-Ku tercinta, Ikhwa Fiyddiin, Saudara-Ku,
para pembaca semua-Nya yang InsyaALLAH selalu dalam bimbingan Hidayah Allah S.W.T.

Sahabat-Ku.., tahukah kalian tentang jasa dan CINTA yang tak bisa terbalas..?
Baiklah Saudara-Ku.., ada sebuah prakata mengatakan:
“Kasih ibu sepanjang jalan, kasih anak sepanjang galah”
Begitu bunyi ungkapan yang menggambarkan betapa besar kasih sayang ke dua orang tua kepada anak-anaknya. Demikianlah realitanya sahabat-Ku, sehingga betapapun besarnya balas budi seorang anak, ia tidak akan mampu menyamai apa yang telah diberikan orang tua kepadanya. Sudah sepantasnya seorang anak berbuat baik dan menta’ati perintah orang tua, selama mereka tidak memerintahkan kepada kemaksiatan.


Di masa-masa terakhir ini, kita dihadapkan pada fenomena pudarnya hukum syariat di tengah-tengah kehidupan keluarga. Setidaknya hal ini bisa dilihat dari tingginya frekuensi media dalam menampilkan potret-potret kekejian dan kekotoran dalam keluarga.
Ada seorang bapak dengan tega mencabut keperawanan anak sendiri. Sampai karena takut dan malu, dengan tidak ada rasa sayang, dia pun merenggut nyawa anaknya itu. Sebuah lambang kebuasan hidup dan malapetaka yang dahsyat.
Di tempat lain juga, seorang anak tega menzinai ibu sendiri. Kemudian dengan tiada rasa takut, menumpahkan darah sang ibu yang telah mengandung dan merawatnya/membesarkan-nya dengan segala penderitaan.
Semua fakta ini menunjukkan merajalelanya penyakit jahil (kebodohan) di kalangan umat tentang agamanya.
Kini, seakan-akan tidak ada lagi yang namanya kasih sayang dalam keluarga.

Akibat lebih jauh, rantai pendidikan generasi-generasi Islam pun terancam putus.
Akankah semua ini akan berakhir Sahabat-Ku..?
Akankah syariat Allah menyentuh qalbu para orang tua yang jahat dan menyentuh qalbu anak-anak yang durhaka..? Mengapa orang tua buas terhadap anak sendiri dan anak tega kepada kedua orang tuanya sendiri..?


“Jasamu Wahai Ayah Ibu”
Sahabat-Ku Fillah.., tanpa sadar, air mata akan menetes manakala kita melihat seorang ibu yang telah renta mengais rezeki dengan cucuran keringat dan beban berat di pundaknya.
Bukankah semua itu dilakukan demi sesuap nasi untuk kelangsungan hidup anak dan keluarganya..?
Di manakah suaminya..?
Dan apa yang sedang dilakukannya..?
Ada di sebuah pematang sawah yang saya saksikan di belahan lain, sepasang orang tua harus diterpa panas matahari menyengat di sekujur tubuhnya, bergulat dengan lumpur yang menguras tenaga.
Inipun semuanya dilakukan demi menghidupi diri dan keluarganya Sahabat-Ku.
Bukankah yang demikian itu merupakan wujud tanggung jawab dan kasih sayang terhadap diri dan anak-anaknya..?
Dan jauh sebelum itu, ibu kita telah berkorban dengan pengorbanan yang sekiranya kita bayar dengan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak akan sanggup kita untuk menukarnya Sahabat-Ku..!
Bukankah Allah S.W.T. telah menjelaskan dalam firman-Nya:
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya yang telah mengandung dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Dan kepada-Ku lah kembalimu.”
(QS, Luqman: 14)

Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya (4/538) mengatakan: “Allah mengingatkan tentang pengorbanan seorang ibu dan rasa lelah dan berat dengan siap berjaga di malam hari dan siang hari,  agar sang anak itu mengingat kebaikan ibunya yang telah dikorbankannya.”
Begitupun As-Sa’dit dalam Tafsir-nya mengatakan:
“Kelemahan demi  kelemahan, hal ini terus menerus menyertai seorang ibu mulai dia menjadi setetes air mani (yang dibuahi), mengidam, sakit, lemah, berat, berubah keadaannya, kemudian sakit ketika melahirkan dan ini yang paling dahsyat.”
Karena demikian tinggi pengorbanan kedua orang tua maka janganlah kita menyombongkan diri di hadapan keduanya dan durhaka.  Bukankah Allah S.W.T. memerintahkan kepada kita agar kita berterima kasih kepada keduanya..?

“Bersyukurlah kepadaku dan kepada kedua orang tuamu.” (QS. Luqman: 14)
Asy-Syaikh Salim Al-Hilali mengatakan: “Bagi orang yang menggali Al Qur’an, dia akan banyak menemukan bahwa Allah menggandengkan perintah untuk beribadah kepada-Nya dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orang tua.

Dalam sebuah riwayat:
“Datang seseorang kepada Rasulullah S.A.W. lalu berkata: “Wahai Rasulullah , siapakah orang yang paling patut aku berbuat baik kepadanya..?” Rasulullah S.A.W. bersabda: “Ibumu” , Orang itu berkata: “Kemudian siapa..?” Rasulullah S.A.W. bersabda: “Ibumu” , kemudian orang itu berkata: “Kemudian siapa..?” Rasulullah S.A.W. berkata: “Ibumu” , Lalu orang itu berkata lagi: “Kemudian siapa..?” Rasulullah S.A.W. berkata: “Bapakmu”.    (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain juga disebutkan:
“Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berhak aku temani..?” Rasulullah menjawab: “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian bapakmu, kemudian (keluargamu) yang paling dekat dan yang paling dekat.”
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah S.A.W. bersabda:
“Seorang anak tidak akan sanggup membalas jasa orang tuanya kecuali dia menjumpainya sebagai budak lalu dia membelinya dan memerdekakannya.” (HR. Muslim no. 1510)
Hadits ini menjelaskan betapa besar hak kedua orang tua di dalam Islam Sahabat-Ku…..!

Wahai Sahabat-Ku semua-Nya, coba mari kita renungkan sejenak …
Bukankah seorang Ibu mengandung kita dalam keadaan susah payah, dalam keadaan tubuh yang lemah, Ibu tidak pernah mengenal jerih dan payah selama Sembilan bulan sepuluh hari Sahabat-Ku…!
Tak pernah kedengaran keluh dan rintihan-Nya bukan..?
Ibu berjuang dengan segenap daya dan upaya, bahkan saat Ibu melahirkan kita ke Alam Dunia ini bukankah ia mempertaruhkan Jiwanya..? “SUBHANALLAH”

Dan tatkala mendengar tangisan kita (Sang Bayi), sirnahlah rasa sakit-Nya.
Dari wajah yang pucat pasi terukir dan terlukis senyum bahagia di bibir-Nya, kenapa Ibu bahagia Sahabat-Ku..?
Karena ia telah melakukan tugas yang Mulia sebagai seorang Ibu yang sangat berjasa dalam hidup dan kehidupan kita.

Sahabat-Ku., jika Ibu menjadi tumpuan dan harapan, maka Ayahpun demikian..!
Bukankah keringat Ayah kita siang dan malam membasahi tubuh karena mencari bekal hidup buat anak dan Isteri-Nya..?
Ayah kita pasti merasa bangga bila kita anak-Nya menjadi seorang Sarjana walaupun pada kenyata’an-Nya Ayah tidak pernah menikmati bangku sekolah.
Ayah kita pasti merasa bangga bila anak-Nya menjadi orang yang terpandang dan Kaya Raya walaupun pada kenyata’an-Nya Ayah kita Miskin dan Papa.

Pengorbanan seorang Ayah sungguh tak ada tandingan-Nya Sahabat-Ku…!
Bukankah bagi Ayah sudah tidak ada istilah hina dalam memilih pekerja’an..?
Semua ini Ayah lakukan demi untuk kelangsungan hidup Isteri dan Anak-Nya, bahkan Ayah sudah tidak pernah peduli lagi keada’an dirinya, ia sudah tidak memperhatikan lagi sehat dan sakit-Nya, bahkan terkadang ada Ayah yang rela mengorbankan seluruh jiwa raganya, asalkan anak dan Isteri-Nya sehat dan sejahtera.

Dengan apakah kita akan membalas semua itu Sahabat-Ku..?
Mampukah kita membalas semua jasa-jasa mereka..?
Renungkan dan Camkanlah semua ini baik-baik Sahabat-Ku..!
Pantaslah jika air mata kepedihan kedua orang tua kita karena akibat ulah anak-Nya yang durhaka akan membawa laknat bagi anak-Nya.
Juga sebalik-Nya, air mata kebahagia’an kedua orang tua kita karena balasan dari kita anak yang Sholeh akan menjadi Rahmat bagi anak-Nya..   “SUBHANALLAH”


Untuk itu Sahabat-Ku sebagai Akhir dari penyampaian saya kali ini, agar marilah kita berbakti kepada kedua orang tua kita selagi mereka masih hidup, Syukur Alhamdulillah bagi kita yang masih memiliki kedua orang tua kita yakni masih hidup maka berbaktilah, sebab mungkin ada diantara pembaca saat ini yang sudah kehilangan Ayah atau Ibu, atau mungkin sudah kehilangan kedua-dua-Nya, jika demikian, maka sebagai anak yang berbakti, ziarahlah kubur mereka sambil tadahkan tangan kita dan di-iringi dengan Do’a yang keluar dari lubuk hati kita yang tulus dan Ikhlas:
“Ya Allah, ampunilah Dosa-Ku, dan Dosa kedua orang tua-Ku, kasihanilah kedua orang tua-Ku Ya Allah, sebagaimana mereka telah mengsihi-Ku sewaktu kecil hingga sampai mereka wafat”


Kiranya demikian dulu apa yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoaga bermanfa’at bagi kita semua, dan sebelum saya tutup sekali lagi saya ingatkan sebuah prakata saya di atas yakni:
“Cinta dan Jasa yang tak mungkin terbalas”

Wallaahu Muaffik ilaa Ashaabittariik
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuhu…



Salam Manis/Santun/Silaturrahmi/Ukhuah Fillah dari saya:
RafiQ Bin SY Daeng Assegaf

Tidak ada komentar: